Arini, Kaukah itu?

"Tidaaaak!! Papa, jangan pergi!! Papa!!" 
Arini terisak isak di dalam kamar menyaksikan ayahnya dibawa 2 orang polisi, sementara pintu dan jendela kamarnya terkunci. Ia hanya bisa melihat dari jendela kaca, papanya telah melewati halaman rumahnya yang luas, tanaman-tanaman indah, bunga-bunga yang Arini sirami setiap pagi. Ayahnya dibawa pergi polisi tak tau lah ia apa sebabnya, melihat kerut di wajah ayahnya seolah memperlihatkan kesedihan, kenapa orang yang nampak murung begitu dibawa polisi? Apa salahnya berwajah murung? Apa itu melanggar undang-undang? Apa dunia ini telah terlalu kejam atau peningkatan standart sikap? Kenapa? Kenapa ayahnya dibawa polisi? Dia, dia. Ayahku sendiri, Papaku, berwajah murung itu, ternampak kesedihan itu? Kenapa? Pertanyaan pertanyaan yang tak ada habisnya. Aku terisak isak seorang diri, Arini, aku seorang diri, aku berteriak. Tidaaaaaakkk!!! Duniaa kejam!! Dunia ini sungguh tak adil!! Tak ada yang mendengarku? Tak ada yang mendengar jeritanku? Kenapa? Kenapa? Kenapa dunia berubah begitu cepat, baru kemarin pagi aku dan papa, aku, seorang Arini ini bermain main di taman bunga halaman rumah.
Kenapa ada darah di kasurku? Sejak kapan aku begitu kotor? Ayahku? Papaku? Tak mungkin. Kenapa wajahku ada di sana? Dia siapa? Siapa dia? Kenapa dia tertidur di kasurku? Kenapa orang orang ini seolah datang secara tiba-tiba? Kenapa ada ambulance datang? Kenapa? Siapa orang-orang berbaju putih itu?
Siapa Aku?

0 Comments