Tuan Penguasa Ruang

Langkahnya yakin menunjukkan kekuatan hak prerogatifnya sebagai penguasa tertinggi ruangan ini, penguasa baru, ya baru beberapa langkah masuk ke dalam ruangan ini pun ia telah menjadi penguasa yang mengendalikan semua. ruangan yang sebelumnya riuh dan bising, seketika senyap hanya beberapa bisik saja tersisia, aktivitas-aktivitas terhenti seketika mengetahui penguasa ruangan telah datang.
"Kok gelap ya." kata pertamanya, ia memang memakai kaca mata hitam. tak begitu lucu, guyonan khas bapak-bapak berumur tapi kita semua tau harus tertawa dengan terpaksa. "hahaha" dengan agak telat. hak kekuasaan utama yang membuat kita harus tertawa. seperti biasa ia didampingi seorang perempuan, lebih muda. perempuan itu selalu duduk paling depan, tak pernah ditanya tak pernah diajak komunikasi, ia pasti datang setelah Tuan Penguasa ruangan. ia selalu begitu, datang duduk paling depan dan setelah Penguasa ruangan turun tahta dari kekuasaannya. ia keluar bersama, setia, seirama, seiya sekata.
para rakyat yang menghadap Tuan penguasa selalu menunggu sesuai waktu tertentu. tak pernah ada yang berani mengeluarkan ponsel setelah tuan penguasa datang, setelah pada masa sebelumnya dengan satu bentakan mampu mengusir rakyat tak berdaya itu. ya begitulah kekuasaannya yang begitu mutlak, tapi apakah memang benar rakyat itu benar-bemar tak berdaya di depan tuan penguasa ruangan mutlak? tak sepenuhnya demikian. tak sepenuhnya benar, seharusnya para rakyat itu mampu mengajukan kontra sesuatu, menanyakan yang bisa membuat pusing atau mengajukan hal yang bahkan membuatnya harus menjawab pada masa berikutnya. tapi rakyat-rakyat itu pergi ke medan perang di hadapan tuan penguasa ini memang tanpa persiapan, tanpa senjata, tanpa akomodasi, sudah barang tentu, apabila tak ada kursi bisa mati berdiri, mati kutu di hadapan cercaan serangan pertanyaan yang seharusnya dilakukan oleh rakyat-rakyat itu. sayang, rakyat-rakyat memang tak pernah mau maju, rakyat itu hanya diam dan tertunduk. Rakyat itu adalah aku.

0 Comments