Syukur? Aku Sembahkan...





Syukur selalu ada dalam setiap acara. Baik hanya dalam ucapan ataupun memang tulus dari hati. Pada kenyatannya memang seperti itu. Dan itu Alhamdulillah artinya manusia-manusia itu masih mengingat kenikmatan. Tapi entah apakah itu memang menjadi cerminan atau hanya seremonial. Mungkin aku terlalu getir dalam memandang kehidupan. Barangkali ini dapat menjadi kelemahan ataupun ada kelebihan tersendiri.
Apakah kita telah bersyukur dalam setiap nafas kehidupan ini? Apakah memang benar? Atau hanya sekadar seremonial ke formalitas-formalitasan?
Tak layak kita menggugat apakah kita harus bersyukur atau tidak karena terlalu kurang ajar kalau kita menggugat kenapa kita harus bersyukur. Keadaan apa yang terburuk dalam hidupmu? Apakah itu memang bisa menjadi alasan untuk tidak bersyukur? Sudah sangat hebatkah kita untuk tidak bersyukur. Ideal adalah selalu lah bersyukur setiap saat. Dalam keadaan terburuk sekalipun, karena setiap hembusan nafas, barangkali sepersekian juta hembusan nafas dalam 1 nafas, berapa nikmat?
Apakah kita ini selalu dalam keadaan baik? Tentu saja tdak. Kita juga harus jujur bahwa kita memang tak selamanya enak dan enak. Penderitaan selalu menyertai dalam kehidupan ini. Karena pada kenyataannya kehidupan ini dimulai dengan kenikmatan dan penderitaan yang seimbang. Saat ibu kita melahirkan kita, kenikmatan rasa syukur tentang individu baru, warga baru dan di sisi lain juga penderitaan proses kelahiran.
Ah, aku terlalu mini dan kecil untuk membicarakan tentang rasa syukur. Karena rasa syukur tentu saja bukan hanya tentang ucapan, rasa dalam hati. Tapi juga sebuah tanggung jawab perbuatan kita walaupun memang menurut saya bahwa keikhlasan dalam hati yang benar-benar plong lah yang menjadi unsur utama. Sebagai bukti tetap saja perbuatan kita.
Seberapa buruk kita menjalani kehidupan? Seberapa jauh kita bisa melewati itu? Saat itulah kita akan tahu seberapa besar rasa kenikmatan kita untuk bersyukur.
Selamat bersyukur setiap saat. Inilah tanggung jawab kita. Jangan menangis.
Ctt p.

Komedi adalah menertawakan tragedi



0 Comments