Syukur selalu
ada dalam setiap acara. Baik hanya dalam ucapan ataupun memang tulus dari hati.
Pada kenyatannya memang seperti itu. Dan itu Alhamdulillah artinya
manusia-manusia itu masih mengingat kenikmatan. Tapi entah apakah itu memang
menjadi cerminan atau hanya seremonial. Mungkin aku terlalu getir dalam
memandang kehidupan. Barangkali ini dapat menjadi kelemahan ataupun ada
kelebihan tersendiri.
Apakah kita
telah bersyukur dalam setiap nafas kehidupan ini? Apakah memang benar? Atau
hanya sekadar seremonial ke formalitas-formalitasan?
Tak layak kita
menggugat apakah kita harus bersyukur atau tidak karena terlalu kurang ajar
kalau kita menggugat kenapa kita harus bersyukur. Keadaan apa yang terburuk
dalam hidupmu? Apakah itu memang bisa menjadi alasan untuk tidak bersyukur? Sudah
sangat hebatkah kita untuk tidak bersyukur. Ideal adalah selalu lah bersyukur
setiap saat. Dalam keadaan terburuk sekalipun, karena setiap hembusan nafas,
barangkali sepersekian juta hembusan nafas dalam 1 nafas, berapa nikmat?
Apakah kita
ini selalu dalam keadaan baik? Tentu saja tdak. Kita juga harus jujur bahwa
kita memang tak selamanya enak dan enak. Penderitaan selalu menyertai dalam
kehidupan ini. Karena pada kenyataannya kehidupan ini dimulai dengan kenikmatan
dan penderitaan yang seimbang. Saat ibu kita melahirkan kita, kenikmatan rasa
syukur tentang individu baru, warga baru dan di sisi lain juga penderitaan
proses kelahiran.
Ah, aku
terlalu mini dan kecil untuk membicarakan tentang rasa syukur. Karena rasa
syukur tentu saja bukan hanya tentang ucapan, rasa dalam hati. Tapi juga sebuah
tanggung jawab perbuatan kita walaupun memang menurut saya bahwa keikhlasan
dalam hati yang benar-benar plong lah yang menjadi unsur utama. Sebagai bukti
tetap saja perbuatan kita.
Seberapa buruk
kita menjalani kehidupan? Seberapa jauh kita bisa melewati itu? Saat itulah
kita akan tahu seberapa besar rasa kenikmatan kita untuk bersyukur.
Selamat bersyukur
setiap saat. Inilah tanggung jawab kita. Jangan menangis.
Ctt p.
Komedi adalah
menertawakan tragedi

0 Comments