Jadi kemarin ada temen posting begini, status di WA. Dengan background sebuah buku, dia menuliskan caption itu ‘a reason to stay alive?’. Bagiku, yang semua hal menarik ini, berkomentarlah aku. Tapi sebelum sampai sana, sebelum masuk kepada pembicaraan itu, barangkali aku ingin bercerita sedikit.
A
reason to stay alive? Barangkali diawali dengan sebuah cerita titik balik. Nggak
semua orang bahagia dengan hidup ini. Terkadang, permasalahan yang kita lihat
sederhana bisa menjadi rumit dan penuh perasaan dari sudut pandang orang lain.
Kuceritakan
sebuah kisah. Dulu, ada salah satu temen Sekolah Dasar yang umurnya beberapa
tahun lebih tua. Dia karena tinggal kelas, badannya lebih besar dari kami,
terkhusus aku waktu itu. Setelah kita SMP, kita memilih sekolah yang berbeda. Karena
itu sudah tak tau kabarnya lagi, waktu itu. Kabar mengejutkan datang pada saat
duduk di bangku SMP, barangkali kelas 3 SMP. Kabar mengejutkan itu adalah ‘percobaan
bunuh diri’. Kau tau sebabnya? Barangkali akan terlihat sederhana jika dari
sudut pandangmu.
Kita
lanjutkan di paragraph baru. Karena usia dia yang lebih dewasa, dia ikut
berdagang dengan orang tuanya. Di luar jam sekolah. Secara ringkas dapat
dikatakan dia kerja part time. Waktu itu, masih jaman-jamannya sms. WA dan
Telegram serta media sosial lain belum se booming sekarang. Karena bekerja itu,
dia memiliki uang sendiri. Seperti pada masanya anak SMP waktu itu. HP jadul
yang hanya bisa digunakan untuk sms dan telpon.
Jadi
suatu hari, barangkali karena percakapan yang asik. Dia mengabaikan panggilan orang
tuanya untuk membantu sesuatu. Sederhananya yang terlihat adalah dia bermain
HP. Barangkali sekedar main game atau mungkin dia sedang jatuh cinta. Sms dengan
seorang cewek. Aku tak tau cerita lengkapnya.
Karena
emosi panggilannya diabaikan dan melihat anaknya asik bermain HP. Bapaknya datang,
merebut HP nya dan membantingnya. Tentu saja, hancur. Yang tidak disadari oleh
orang tuanya adalah barangkali yang hancur bukan hanya HP anaknya, barangkali
juga hatinya. We never know. Atau barangkali sedang ada permasalahan lain. Singkat
cerita, entah senggang berapa lama. Dia melilitkan sebuah tali ke atap rumah,
naik ke kursi. Percobaan seperti yang kalian ketahui dan bayangkan. Untungnya bapaknya
mengetahui dan anak ini tertolong. Sampai dengan beberapa bulan setelahnya ada
bekas tali yang masih terlihat.
Cerita
lain.
Cerita
kali ini adalah soal, ditinggal nikah. Kau ingat kan dalam beberapa waktu
terakhir, mungkin beberapa tahun. Ada video orang datang ke nikahan mantan dan
menjadikan situasi awkard?
Atau
ada situasi bermacam-macam, ada yang lucu sambil ketawa-tawa, ada yang sangat
menyedihkan.
Video
kali ini juga sama, dengan langkah yang terlihat menyedihkan cowok datang ke
nikahan, entah mantannya atau dia dikhianati dengan pernikahan. Entahlah.
Jadi
video ini kulihat dalam status WA bapak-bapak, kau tau di slide pertama
barangkali masih membuatmu senyum-senyum, karena walaupun terlihat menyedihkan
situasi awkard itu tetaplah lucu. Sampai pada slide kedua, aku menyesal telah
tersenyum. Dengan pakaian yang sama, dengan jaket yang sama, dengan sepatu yang
sama. Semua pakaian yang sama ditemukan di pohon tengah sawah, aku tak mau
mengatakannya tapi di sanalah. Di video selanjutnya itu yang membuat aku diam,
barangkali masalahnya bukan sekedar yang terlihat. Ditinggal tidak sesederhana itu
barangkali.
Terkadang
perasaan laki-laki jauh lebih menakutkan. Beruntunglah orang-orang yang punya
tempat cerita terpercaya. Atau barangkali orang-orang ada yang membagikan
ceritanya secara bebas.
Akan
tetapi ada beberapa orang yang tidak bisa membagikan cerita pribadi
sembarangan, barangkali tidak ada orang yang dipercayai lagi tentang apa yang
ingin dia ungkapkan yang sebenarnya. Entahlah.
Itulah
salah satu latar belakang aku berkomentar ke status teman ‘a reason to stay
alive?’ karena menurutku bukan hal sederhana dan itu penting.
“Apa?
A reason to stay alive?”
Lalu
dia menjawab, “kenapa kamu terkejut?”
“ceritakan
kepadaku tentang apa yang kamu pikirkan”
“dan
aku akan menjawabnya dengan jujur”
Lalu
aku membalas, “kenapa aku terkejut? Kuikir aku akan mendapatkan jawabannya
darimu. Atau mungkin dari buku itu(buku yang ada di foto)”
Percakapan
selanjutnya begini,
“saat
aku baca judulnya, apa yang kupikirkan adalah alasan penulis untuk tetap hidup,
hanya karena sebuah alasan. Hanya karena tteopoki. Dan kupikir diriku sendiri,
apa alasan yang membuatku tetap hidup? Karena sejujurnya, saat aku depresi, aku
pernah membayangkan untuk mati saja.”
“Apa
itu tteopoki?”
“terkadang
aku juga berpikiran sama, barangkali minggu ini juga”
“tteopoki,
makanan Korea.”
“Oh
makanan” ya aku memang tak begitu ngeh.
“Jadi
cukup hanya sebuah alasan sederhana dan kita seharusnya juga bisa melakukan hal
yang sama?”
“Yups,
kupikir ya, kupikir begitu.”
Sampai
di sini tulisan kali ini, barangkali memang begitu. Kita barangkali hanya butuh
sekedar alasan sederhana untuk hidup. Untukmu yang barangkali menghadapi
masalah hari ini, cobalah untuk berpikir lebih tenang. Untukmu yang merasa tak
begitu berharga, barangkali memang belum menemukan tempat yang tepat. Mengakhiri
sekarang bukanlah jawaban. Teruslah untuk tumbuh menjadi lebih baik.
Semangat
kamu hari ini.
Secara
khusus untukku sendiri.
0 Comments