Di masa Taman kanak-kanak konon menurut keterangan orang dewasa aku meminta soal-soal penjumlahan atau pengurangan karena kupikir itu seru. Sampai pada ada statement guru TK, si Syamsuddin itu ‘pinter’ tapi kurang rapi, yah waktu itu buku tulisku(menurut keterangan ibu) seperti sayur kangkung, yup. lembek. ancur.
Memasuki Sekolah Dasar kesenanganku dengan Matematika menemukan waktu yang tepat. Dulu kupikir Matematika itu ya hanya belajar sebentar, pahami konsepnya, apapun yang terjadi, jawaban di ujung adalah yang utama. Jadi pada saat Ujian-ujian dan terlupa dengan rumus-rumus yang seharusnya, aku mengarang hingga sampai jawaban. Tentu saja kisah cintaku dan matematikaku tidak sesempurna itu, tidak sepintar itu. Saat memasuki kelas 2 dengan kreatif wali kelasku memberikan imbalan untuk nilai 100 dalam setiap ulangan(berbagai bentuk) matematika saat itu dengan jajanan kantin seharga 100 rupiah. Jadi kalau sehari ada 2 atau 3 kali ulangan matematika dan semuanya mendapatkan 100 artinya kamu dapat 2 atau 3 jajanan kantin. Aku salah satu yang sering mendapatkannya. Hehehe. Tapi tidak selamanya seperti itu, suatu waktu di kala itu dengan soal yang sulit aku tidak bisa mencapai nilai 100 dan tidak bisa mendapatkan bonus itu, waktu itu aku cuma mendapatkan nilai 80. Meskipun begitu itu masih nilai tertinggi lho, hehehe. Waktu itu masih seneng, mungkin terkadang seperti itulah manusia nggak perlu sempurna asal kamu lebih baik dari orang lain, kamu masih bisa seneng,hehehe. di Sekolah Dasar juga beberapa kali aku mewakili SD dalam kompetisi matematika ataupun mewakili Kecamatan di tingkat Kabupaten. Yah cuma sampai tingkat itu, tingkat Kabupaten banyak yang lebih pintar. Matematika juga hampir mampu mengantarkan salah satu SMP terbaik(atau terfavorit) di Blora. Tapi, hampir tetaplah hampir, dan aku juga gak berminat minat amat, setingkat SMP kupikir di tingkat lokal dulu, tentu dengan berbagai pertimbangan. Biaya, kedekatan dengan tempat tinggal, kenangan, dan banyak hal lainnya. Oh ya, pertemanan bukan pertimbangan ya, hehehe. Karena Sekolah baru bisa mendapatkan teman baru kok, dan itu nggak berarti juga menghilangkan teman lama.
Memasuki Sekolah Menengah Pertama, Matematika memang lebih sulit tapi masih sederhana, hehehe. Karena ya seperti itu, nggak perlu rajin-rajin banget kan, yang penting paham konsep. Tapi kesempurnaan dalam matematika semakin jauh, semakin susaaah, hehehe. Meskipun begitu masih ada harapan di 3 besar kok, atau setidak-tidaknya biar tidak muluk-muluk 10 besar deh di satu sekolah, jadi masih baik-baik saja, sesuai kemampuan. Kisah di tingkat SMA adalah babak akhir dari cerita(tulisan/catatan) ini. Lebih singkat karena kesan dalam hal lain lebih banyak dan matematika lebih susah serta tentu saja kesempurnaan nilai di dalamnya semakin sulit untuk digapai. tahun pertama di tingkat itu, masih tidak masalah, materi tidak maslah dan nilai kupikir secara tidak sadar masih salah satu yang terbaik. Tapi di tempat yang baru kita menggunakan identitas baru, dan petualangan di tingkat SMA ini adalah petualangan baru jadi anak kos, tentu saja lebih bebas(kalau bisa dikatakan begitu). Pola hidup berubah, setidak-tidaknya dari segi makan dan belajar, dan lain-lain(tentu saja), hehehe. di tahun pertama dan kedua masih menyenangkan, ada peraturan yang aku sukai “anda boleh melakukan apa saja, makan-makanan ringan, minum, tengok kekiri dan kekanan, tapi saya tidak akan mengulangi tulisan saya di papan tulis serta saya menulis tidak urut dari sisi kiri ke kanan” begitulah kira-kira guru matematikaku memberi aturan, bebas apa saja asal mengikuti materi karena beliau mencoret sesuka hati di papan tulis depan, bisa diawali dari kanan bawah lalu kiri atas, lalu dihapus lalu ditulis lagi, semau maunya. Tapi aku menyukainya atau memang masih bisa dipahami, hehehe. Tahun berbeda saat ganti penanggung jawab(guru), hehehe. Karena setiap orang bisa memiliki aturannya masing-masing, tentu saja aturan bebas apa saja itu tidak berlaku lagi, garis besarnya sekarang adalah “ANDA HARUS MEMPERHATIKAN” sama saja sih, cuma caranya berbeda, yang ini aku lupa entah boleh minum, makan makanan ringan atau enggak. Di sautu waktu aku menikmati pemandangan jalan raya, yah sekolahku ada di samping jalan utama penghubung antar kabupaten, itu juga jalur utama ke ibukota, jadi banyak sekali bus malam yang lewat, aku menikmati itu. Kupikir naik bus itu menyenangkan, hehehe. Bayangkan kamu besar, cepat, terlihat berkuasa tapi kamu tidak semena-mena, maksudku begini kalau semena-mena bisa aja yang lebih kecil itu dilindas semua, tapi di jalanan pun kan nggak begitu. Ada aturannya. Itu seperti kenyamanan tersendiri melihatnya, bagaimana naluri manusia yang mengatur dan bisa diatur, serta bisa menempatkan diri. Tapi disitu juga lah teguran itu datang diminta untuk fokus kembali. Disitulah aku patah hati dengan matematika. Atau memang dia yang semakin sulit dipahami ya, hehehe. Selamat malam.
0 Comments