Sunyi dan Damai

Saat mendekati semester-semester akhir atau saat-saat beban kuliah 'tinggal' skripsi, aku telah membayangkan bagaimana saat-saat sidang tugas akhir nanti. Agaknya rancangan itu sudah ada beberapa kali di kepala, begini:

Pada saatnya nanti, saat aku selesai sidang tugas akhir, aku akan keluar ruang dosen saat sore hari, suasana telah sepi dan tanpa sambutan siapapun. Atau setidak-tidaknya kalaupun tidak sore, sudah menjelang sore. Aku akan berjalan perlahan mengambil tas ransel, membawa berkas ujianku. Berjalan pelan meninggalkan gedung perkuliahan yang telah aku jalani selama beberapa tahun. Tanpa salam kepada siapapun, tanpa pesta foto-foto yang heboh seperti mahasiswa setelah sidang lainnya. dalam bayanganku aku akan terlupakan, pulang ke kos, dan hanya begitu. Bagiku itu bukan jalan yang menyedihkan, tapi jalan sunyi dan damai. Hal itu karena aku tak mengharapkan apa-apa dari orang lain, aku sudah cukup berterima kasih sudah mengenal dan berteman dengan mereka.

Apakah itu terjadi? Terjadi, walau tak sepenuhnya.

Hari itu saat jadwal ujianku ditentukan, aku terpaksa menjalani ujian tugas akhirku secara online, hal yang terdengar aneh sekali karena telah selesai masa covid 19. Ujian online ini terjadi karena dosen-dosen pengujiku sedang keluar kota, bayangkan Belitung. Ya, mereka pergi ke Belitung saat jadwal ujianku di hari senin itu. akhirnya aku diuji secara online saat beliau-beliau transit di Jakarta. Pagi hari menjelang siang, agaknya ujianku dimulai sekitar pukul 9 pagi, dan tidak ada yang tahu kecuali keluarga dan teman-teman terdekatku, tentu saja termasuk teman-teman kosku juga tidak ada yang mengetahuinya. Baru beberapa hari setelahnya aku ujian offline untuk seorang dosen penguji lainnya selain yang online tadi, akhirnya momen-momen itu betul-betul terjadi.

Hari itu Jumat, hari-hari terakhir kesempatan mengingat aku telah menginjak semester akhir. SEMESTER AKHIR, benar-benar semester akhir, tidak bisa esok hari karena kalau esok hari aku akan keluar kampus tercintaku ini tanpa ijazah. Jadwal awalnya setelah shalat Jumat atau sekitar pukul 2 siang, akan tetapi rencana berubah saat seorang kawan menginformasikan dosen penguji minta bersiap di pagi hari. Akhirnya ujian terjadi sebelum shalat Jumat. Hal yang di luar perkiraanku(bayangan lama) adalah antre untuk ujian. Selain juga karena sudah banyak kawan, rasa sebagai teman semester sangat akhir sangat terasa lebih solid. Jadi, setelah keluar ruang aku masih disambut, dan menginformasikan untuk seorang kawan ujian berikutnya, setelahnya pun masih ada sesi foto bersama dosen meskipun hasilnya "hehehe". Mengecewakan sebenarnya, tapi yasudahlah.

Waktu telah mepet pelaksanaan shalat Jumat waktu itu, jadi pada akhirnya aku harus bergeser ke masjid, momen itu benar terjadi setelahnya. Aku pulang tanpa foto-foto yang heboh. Satu sisi 'ah seharusnya gak gitu' tapi di sisi lain 'ah damai'.

0 Comments